Selasa, 06 November 2012

GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS IMMINENS



GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS IMMINENS
DI RUMAH SAKIT ALIYAH
KOTA KENDARI
TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Kebidanan di Akademi Kebidanan
Pelita Ibu Kendari

Oleh
IRMA SAFITRI
NIM. P07.080


AKADEMI KEBIDANAN PELITA IBU KENDARI
2010



PERNYATAAN PERSETUJUAN


KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KEJADIAN ABORTUS IMINENS DI RUMAH SAKIT ALIYAH KOTA KENDARI PERIODE JANUARI- DESEMBER 2010


Oleh :
IRMA SAFITRI
PO7.080



Periode Pembimbing : mei s/d agustus 2010
Program pendidikan : D III Kebidanan


Karya Tulis Ilmiah Ini Diterima, Disetujui Untuk Diuji Serta Dipertahankan Di Depan Penguji Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari



Kendari,oktober  2010

Pembimbing I,                                                                                      pembimbing II,

Dra .Hj.Rosmawati,SST,MS                                                                Yustiari,SST                                 

Penguji,

Feriani,SST,MPH




BIODATA PENULIS
1.      IDENTITAS
1.      Nama Lengkap                     : Irma safitri
2.      Nim                                         : P07.080
3.      Jenis Kelamin                      : perempuan
4.      Tempat/ Tanggal Lahir        : kendari, 07 juli 1989
5.      Suku/ Bangsa                      : tolaki
6.      Agama                                   : islam
7.      Alamat                                    : jl.laute 1 no. 9 mandonga
2.      RIWAYAT PENDIDIKAN
1.      Tamat SD 2001 di SDN 1 soropia
2.      Tamat SLTP 2004 di SLTP negeri 2 soropia
3.      Tamat SMK 2007 di SMKN 1 kendari
4.      Mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Pelia Ibu Kendari  tahun 2007 sampai sekarang









KATA PENGANTAR


ALHAMDULILLAH SEGALAH PUJI BAGI Allah SWT semata, semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Kami berusaha menyelesaikan Krya Tulis Ilmiah dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan diploma III di Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari dengan judul : “ Gambaran kejadian abortus iminens di rumah sakit aliyah Priode Januari- Desember 2010 ”, sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki meskipun kami menyadari bahwa keterbatasan, kelemhan serta kekurangan senantiasa pada diri kami. Oleh karenanya kritik dan saran pada tulisan ini kami terima dengantangan terbuka.
Dalam kesempatan ini, penulis, menyampaikan ucapan terimakasih dengan sebesar-besarn  kepada :
1.      Drs. Taha selaku ketua yayasan akbid pelita ibu kendari
2.      Ibu Dra.Hj.Rosmawati I,SST,MS selaku Direktur Akbid pelita ibu kendari
3.      dr. Hj. Andi yulia, SPOG, selaku Direktur rumah sakit Aliyah
4.      Yustiari,SST selaku pembimbing II dan Feriani,SST,MPH selaku penguji
5.      Seluruh dosen dan staf pengajar di Akademi Kebidanan pelita ibu kendari yang telah banyak memberikan nasehat dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.
6.      Kedua orang tua serta seluruh keluarga penuls yang telah memberikan semangat dan dorongan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini.
7.      Rusman selaku suami saya, yang selalu membantu dan memberi sy motivasi dalam menyelesaikan pendidikan di AKBID pelita ibu kendari.
8.      Seluruh rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan pelita ibu kendari  yang telah membantu.
Akhir kata penulis berharap semoga ALLAH SWT memberikan pahala yang setimpal atas bantuan dan jasa-jasa semuai pihak yang telah membantu dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan rekan-rekan mahasiswa lainnya.















BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia ditandai oleh pendudukbya hidup dalam lingkungan dan prilaku yang sehat. Salah satu indicator kesehatan, yaitu angka kematian Ibu.( http//www.Depkes.go.id.online diaskes tanggal 16 Juli 2008 ).
Berdasarkan penelitian World Heaith Organitation ( WHO ) diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian maternal tersebeut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99% termasuk Indonesia ( Manuaba IBG, 1998 : 3)
Berdasarkan survey Demografi dan Kesehatan Indonesi ( SDKI ) 2002/2003, angka kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meningga; dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi ( AKB ), khususnya angka kematian bayi baru lahir ( neonatal ) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Menyadari kondisi tersebut, Depertemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategi ( Renstra ) jangka panjang upaya penurunan angka kematian Ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar system kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan  intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan “ Making pregnancy Safer ( MPS )” (www.depkes.go.id diaskes tanggal 16 juli 2008 )
Salah satu penyebab kematian ibu yang terjadi pada kehamilan muda yang disebabkan oleh abortus dilaporkan berkontribusi 30-50 % ( www.Free List.com diakses tanggal 15 juli 2008 )
Insiden abortus spontan diperkirakan 10% dari seluruh kehamilan. Namun angka ini mempunyai dua kelemahan yaitu kegagalan untuk menghitung abortus dini yang tidak terdeteksi 80% dari abortus yang terjadi pada bulan kedua sampai ketiga kehamilan. ( www.Free List.com diaskes tanggal 15 juli 2008 )
Aborsi terjadi disemua Negara diseluruh dunia, diperkirakan bahwa 100.000- 200.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi aborsi ( Glassier A, dkk. 2004 ). Fakta berbicara bahwa aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Estimasi nasional 2001 menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup ( Anshor MU, dkk.2002 )
Abortus bukan memang bukan keadaan yang diharapkan. Namun perlu diwaspadai karena presentase kemungkinan terjadinya kondisi ini cukup tnggi. Sekitar 15-40% angka kejadian, diketahui dari Ibu yang sudah dinyatakan positif hamil dan 60-75% abortus terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu ( Admin Dinkes, 2006 )
Data dari dinas kesehatan propinsi Sulaweai Selatan, angka kejadian abortus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2005 sebesar 1795 kasus dan tahun 2006 sebesar 1808 kasus. Sedangkan angka kejadian abortus khususnya di kota Makassar tahun 2006 sebesar 528 kasus ( Dinkes Sul-Sel, 2005-2006 )
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam kehamilan, persalinan dan kelahiran yaitu 20-34 tahun. Frewkuensi abortus yang secara klinis bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada wanita yang berumur diatas 40 tahun ( Cunningham G, dkk, 2005 : 573 )
Risiko abortus juga meningkat seiring dengan paritas. Paritas lebih dari 3 termasuk resiko tinggi terjadinya abortus ( Cunningham G, dkk, 2005 : 573 )
Data kejadian abortus di Rumah sakit Aliyah menunjukkan 379 yang terdiri dari abortus inkomplit 160 ( 42,21%), abortus imminens 51 (13,45%), abortus provokatus 51 (13,45%) dan abortus komplit 117 (30,87%) kasus.
Melihat dari kasus  abortus yang ada Di Rumah Sakit Aliyah, dimana abortus imminens menempati urutan terbesar kedua dari kejadian abortus maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran umum kejadian abortus yang dibatasi pada umur Ibu, paritas dan jarak krhamilan. Dimana pada abortus imminens, hasil konsepsi masih bias dipertahankan karena hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa disertai dilatasi serviks. Dengan mengetahui penanganan dari abortus imminens diharapkan kehamilan masih bias dilanjutkan sampai aterm sehingga angka kejadian abortus imminens dapat berkurang.

B.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas maka di rumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana gambaran angka kejadian abortus imminens berdasrkan umur Ibu di rumah sakit Aliyah periode Januari – Desembar 2010 ?
2.    Bagaimana gambaran angka kejadian abortus imminens berdasarkan paritas di rumah sakit Aliyah periode Januari – Desember 2010 ?
3.    Bagaimana gambaran angka kejadian abortus imminens berdasarkan jarak kehamilan Ibu di rumah sakit Aliyah periode Januari – Desember 2010 ?

C.   TUJUAN PENELITIAN
1.    Tujuan Umum
Diketahui gambaran umum kejadian abortus imminens di Rumah sakit Aliyah periode Januari – Desember 2010.




2.    Tujuan Khusus
a.    Diketahui gambaran angka kejadian abortus imminens berdasarkan umur Ibu di Rumah Sakit Aliyah periode Januari – Desember 2010.
b.    Diketahui gambaran  angka kejadian abortus imminens berdasarkan paritas di Rumah Sakit Aliyah periode Januari – Desember 2010.
c.    Diketahui gambaran  angka kejadian abortus imminens berdasarkan jarak kehamilan di Rumah Sakit Aliyah periode Januari – Desember 2010.

D.   MANFAAT PENELITIAN
1.    Manfaat bagi instansi, merupakan salah satu bahan masukan bagi instansi terkait untuk kebajikan dan perencanaan program pencegahan abortus imminens.
2.    Manfaat ilmiah, sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya serta digunakan untuk menambah pengetahuan masyarakat yang secara tidak langsung meningkatkan peran serta masyarakat.
3.    Manfaat bagi peneliti, merupakan pengalaman bagi peneliti yang cukup berharga terutama dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.
4.    Menfaat institusi, sebagai bahan masukan bagi institusi dan pengembangan program pendidikan sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang actual dan professional pada masyarakat.




  




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Tinjauan Umum Tentang Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup ( Cunnigham G,dkk,2005 : 571)
1.    Pengertian
a.    Abortus adalah keadaan yang menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gr atau kurang dari 20 minggu ( Wikjosastro Hanifa, 2002 : 302)
b.    Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebab dimana berada bedan kurang dari 500 gr atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu ( Sastrawinata S, 2005 : 7)
c.    Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu ( Manuaba IBG, 1998 : 214)
d.    Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur 20 minggu kebawah atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang ( Chalik, 1998)
e.    Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu ) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup.
f.     Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, di bawah ini dikemukakan beberapa defenisi para ahli tentang abortus :
1)    Eastman : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus ini belum terletak antara 400-1000gr atau usia kehamilan kurang dari minggu.
2)    Jeffcoat : Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum berkembang (variable by law)
3)    Hoimer : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 dimana proses plantasi belum selesai (Mochtar R, 1998 : 209)
2.    Etiologi
Factor-factor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
a.    Factor Janin
Kelainan yang palin sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yaitu :
1)    Kelainan telur, telur kosong ( blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploid)
2)    Embrio dengan kelainan local.
b.    Factor maternal
1)    Infeksi, infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimerte kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
a.    Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, vericella zozter, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomielitis.
b.    Bakteri, misalnya Salmonella typhi.
c.    Parasit, misalnya toxoplasma gondi, plasmodium.
2)    Penyakit vascular,misalnya hipertensi vascular.
3)    Penyakit endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tyroid, defesiensi insulin.
4)    Factor imunologis, ketidak cocokan (inkompabilitas) system HLA (Human Leukocyte Antigen)
5)    Trauma, kasusunya jarang terjadi segera setelah trauma tersebeut, misalnya trauma akibat pembedahan :
a.    Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum sebelum minggu ke 8.
b.    Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus saat hamil.
6)    Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma sub mukosa ), serviks inkompetan atau retroflexio uteri gravidiuncarcerata.
7)    Factor psikosomatik, pengaruh dari factor ini masih dipertanyakan, tetapi diduga penyebab abortus.
c.    Factor eksternal
1)    Radiasi, dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2)    Obat-obatan, anatagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain, sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau pengobatan penyakit Ibu yang parah.
3)    Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen atau benzene (Sastrawinata S, 2005)
d.    Factor ayah
Translokasi kromoson pada sperma dapat menyebabkan abortus (Cunningham G, dkk, 2005 :577 )
3.    Patofisiologi
Pada awal permulaan keguguran terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang diikuti oleh kematian jaringan sekitar (nekrosis). Nekrosis jaringan sekitar desidua basalis menyebabkan terlepasnya hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya, sehingga bagian yang terlepas, ini merupakan benda asing dalam uterus. Dengan adanya benda asing dalam uterus menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut oleh adanya kontraksi uterus maka abortus member gejala umum berupa nyeri perut karena kontraksi disertai perdarahan dan pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili koreales belum menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusui beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak segera terlepasnya dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature (Wikjosastro Hanifa, 2002 : 303)
Bentuk perdarahan karena keguguran dapat bervariasi, seperti :
a.    Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
b.    Sekaligus dalam jumlah yang besar disertai gumpalan.
c.    Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun menimbulkan syok, nadi meningkat dan tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung tungkai dingin (Manuaba IBG, 1998 : 216)
4.    Klasifikasi
Abortus dapat dibedakan atas :
a.    Abortus spontan adalah abortus yang terjadi yang tidak didahului factor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan alamiah ( Mochtar R, 2006 : 211)
Gambaran klinis abortus spontan terdiri atas enam subkelompok yaitu :
1)    Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri sesuai umur kehamilan.
2)    Abortus insipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung hanya beberapa jam saja.
3)    Abortus inkomplitus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggi didalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan.
4)    Abortus kompletus ( keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong.
5)    Abortus tertunda (missed abortion). Keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 20, tetapi bertahan didalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati. Batasab ini berbeda dengan batasan ultrasonografi (USG)
6)    Abortus habitualis (keguguran berulang). Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut (Sastrawinata S, 2005 : 16)
b.    Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja baik yang memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini dibagi menjadi dua yaitu :
1.    Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alas an bila kehamilan dilanjutnya dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
2.    Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis (Mochtar R, 1998 : 211)
5.    Dasar diagnosis
a.    Terdapatnya keterlambatan dating bulan.
b.    Terjadinya perdarahan
c.    Disertai nyeri perut
d.    Dapat disertai oleh pengeluaran hasil konsepsi
e.    Pemeriksaan hasi tes hamil dapat masih positif atau sudah negative (Mauaba IBG, 1998 : 215)
6.    Komplikasi
a.    Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b.    Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperretrofleksi jika peristiwa ini, penderita perlu diamati denga teliti. Perforasi uterus mungkin dapat terjadi apabila dikerjakan oleh orang awan karena perlukaan uterus biasanya luas dan mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan/kepastian terjadinya perforasi, laparatomi segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengurangi komplikasi.
c.    Infeksi
Kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari luar sehingga menimbulkan kemandulan.
d.    Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan atau syok hemoragik dan infeksi berat (syok endoseptik)
7.    Tindakan dan Pencegahan
a.    Jika para Ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana diharapkan, maka akan berkuranglah prevalensi abortus serta prevalensi wanita hamil pada usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya factor resiko tinggi ini maka kematian maternal akan turun pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan keluarga berencana harus dapat mencapai sasaran yang seluas-luasnya di masyarakat, khususnya golongan risiko tinggi (Wikjosastro Hanifa, 2002 : 303-304)
b.    Upaya memberikan pendidikan tentang hubungan seksual yang benar. Hal ini sudah lama diperdengarkan tentang pendidikan seks remaja yang memberikan pengetahuan tentang seks dan hubungan seks serta bahaya hubungan seksual pra nikah (Manuaba IBG, 1998 : 216)
c.    Konseling prakonsepsi merupakan komunikasi yang bagi wanita yang memutuskan untuk hamil yang akan memfasilitasi wawancara awal yang produktif. Konseling pra konsepsi ini mendiskusikan masalah genetic, obstetric, prilaku, lingkungan dan factor psikososial yang menjadi masalah bagi ibu dan bayi pada masa hamil. Konseling ini juga memungkinkan diskusi uji laboratorium yang dapat diindikasikan untuk membantu pengkajian factor risiko dan diskusi kesepian menjadi orang tua (Wheeler Linda, 2004)
d.    Upaya memberikan pendidikan pada ibu-ibu hamil tentang gejal awal keguguran sehingga saat hamil semestinya ibu-ibu memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda dan penyebab keguguran sehingga dapat melakukan antisipasi dan tindakan pencegahan sebelum keguguran terjadi (Uttiek, 2006)
B.   Tinjauan Umum tentang Abortus Imminens
1.    Pengertian
Abortus imminens ialah perisiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 mingu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks dan janin masih ada harapan untuk dipertahankan (Sastrawinata S, : 8)
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada bebrapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan.
Perdaraha sedikit pada sekitar perkiraan haid mungkin merupakan hal fisiologis. Lesi serviks cenderung mengalami perdarahan pada awal kehamilan, terutama setelah melakukan hubungan seksual.
Hal ini disebabkan oleh penembusan vili korealis ke dalam desidua, pada saat implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.
Perdarahan pada abortus imminens sering sangat sedikit tetapi perdarahan tersebut dapat dipertahankan selama beberapa hari atau beberapa minggu. Celakanya risiko kehamilan yang suboptimal dalam bentuk persalinan preterm, berat janin lahir rendah kematian prenatal tetap ada (Cunningham G, dkk, 2005 : 508-581).
2.    Gejala klinis
a.    Terdapat keterlambatan datang bulan
b.    Terdapatnya perdarahan, disertai sakit perut (mules)
c.    Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
d.    Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
e.    Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif (Manuaba IGB, 1998 : 218)
3.    Diagnosis
a.    Anamnesis, perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.
b.    Pemeriksaan dalam, fleksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.
c.    Pemeriksaan penunjang, fleksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.
1.    Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin
2.    Meragukan
3.    Buah kehamilan tidak baik, janin mati (Sastrawinata S, 2005)
4.    Penanganan Abortus Imminens
Penanganan abortus imminens dilakukan dengan :
a.    Istirahat baring atau bedrest untuk meningkatkan aliran darah kerahim dan untuk mengurangi rangsangan mekanis (Wikjosastro Hanifa, 2002 : 311-312)
b.    Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, karena pada saat koitus prostaglandin yang terdapat didalam cairan sperma direabsorbsi melalui dinding vagina dan orgasmus keduanya menyebabkan uterus berkontraksi. (Chalik. 1998)
c.    Jika perdarahan :
1.    Berhenti : Lakukan asuhan antenatal seperti biasa.
2.    Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
3.    Terus berlangsung : Nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG), lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, munngkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola (Saifuddin Bari,2002 : 148)
d.    Obat-obatan yang diberikan
1.    Penenang : Pebobarbital 2 x 20 mg, valium
2.    Anti perdarahan : Adona, transamin
3.    Vitamin B kompleks
4.    Hormonal : Progesteron
5.    Penguat Plasenta : Gestamon, Duphaston
6.    Antikontraksi : Duvadilan, papaverin.
e.    Evaluasi
1.    Jumlah perdarahan dan lamanya.
2.    Tes kehamilan dapat diulangi
3.    Konsultasi pada Dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut dan pemeriksaan ultrasonografi (Manuaba IBG, 1998 : 218)
C.   Tinjauan Umum Tentang variable Penelitian
1.    Umur Ibu
Umur adalah dihitung berdasarkan tahun kelahiran yaitu lamanya hidup sejak lahir. Remaja wanita merupakan populasi resiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan, penyulit ini terjadi karena pada remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari wanita yang lebih tua. Sehingga akibatnya, mortalitas, perinatal, dan morbilitas meternal sangat tinggi pada remaja wanita hamil disbanding dengan wanita dalam usia 20-an (Hamilton PM, 2000)
Fakta berbicara aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1000 wanita usia produktif. Umur Ibu merupakan salah factor resiko terjadinya abortus. (Wheerler Linda, 2004)
Reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adala 20-30 tahun
 Kehamilan maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. (Wikjosastro Hanifa, 2002)
Wanita hamil pada umur muda (< 20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi fisikis belum matang dalam mengahadapi tuntutan beban moril, dan emosional, dan dari segi medis sering mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus.
Frekwensi abortus yang secara klinis bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita berumur diatas 40 tahun. (Cunningham G, dkk, 2005 : 573)

2.    Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian meternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani denga suhan obsterik labih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Wikjosastro Hanifa, 2002)
Seorang Ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko kesehatannya dan juga bagi kesehatan anaknya. Hal ini beresiko karena pada ibu dapat timbul kerusakan-kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin (Manuaba IBG, 1998)
Paritas yang tinggi merupakan salah satu factor tinggi pada ibu hamil. Kejadian kematian pada persalinan pertama cukup tinggi (38,8 per 1000 kelahiran hidup dan persalinan lebih dari tiga kali akan lebih tinggi yaitu 77,5 per 1000 kelahiran hidup).
Bayi yang dilahirkan oleh Ibu denga paritas tinggi mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulakan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berjurang disbanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada bayi.
World Futurnity Survey yang diadakan 40 negara berkembang mengatakan bahwa 40-60% wanita berkeluarga tidak ingi menambah anak lagi. Namun 50-75% dari jumlah itu ternyata tidak menggunakan salah satu metode kontrasepsi efektif sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan masih cukup besar, abortus yang sering terjadi pada kehamilan pertama adalah karena factor fisik atau pun alasan sosila belum siap memiliki anak. (Wikjosastro hanifa, 2002)

3.    Jarak kehamilan
Jarak kehamilan adalah jarak atau lamanya waktu antara kelahiran anak terdahulu dengan kelahiran dengan anak berikutnya. Selain factor umur Ibu dan paritas, jarak kehamilan juga merupakan penentu tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun merupakan factor risiko tinggi. (Manuaba IGB, 1998)
Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan Ibu dan janin yang dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil jika ditunjang dengan social ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan resiko terjadinya abortus. (Prasetyo, 1998)
Disamping membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik perlu waktu untuk pulih secara emosional. Resiko tinggi pada jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana, sehingga tidak menimbulakan kehamilan yang tidak direncanakan karena sebagian dari resiko tinggi adalah kehamilan yang tidak direncanakan. (Manuaba IGB, 1998)

4.    Nutirisi
Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan Ibu. Kekurangan nutrisi menyebabkan abortus, partus prematurus, perdarahan pasca persalinan dan lain-lain. Keran nutrisi tersebut diperlukan antara alain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus dan kenaikan metabolism sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan berat badannya (Mochtar R, 1998 : 60)



5.    Alcohol
Abortus spontan dapatterjadi akibat sering mengkomsumsi alcohol selama 8 minggu pertama. Angka abortus akan meningkatkan 2 kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu dan 3 kali pada wanita yang mengkomsumsi alcohol setiap hari. (Cunningham G, dkk, 2005 : 576-577)

6.    Kafein
Komsumsi kopi lebih dari 4 cangkir / hari tampaknya sedikit meningkatkan risiko abortus, risiko tampaknya meningkatkan seiring dengan peningkatan jumlah dimana pada kafein terdapat kadar paraxantin (suatu metabolic kafein) dalam darah ibu menyebabkan peningkatan 2 kali abortus spontan apabila kadar tersebut sangat tinggi (Cuniingham G, dkk, 2005 : 576-577)


















BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

A.   Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks dan janin masih ada harapan untuk dipertahankan (Sastrawinata S : 8)
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya abortus imminens yaitu factor janin, maternal, paternal, dan eksternal. Pada kesempatan ini akan dilakukan penelitian tentang gambaran angka kejadianabortus imminens (Cunningham G, dkk, 2005 : 575)
Dari factor yang dapat mempengaruhi terjadinya abortus imminens hanya 3 faktor yaitu ibu, paritas dan jarak kehamilan yang akan diteliti.
1.    Umur Ibu
Umur adalah dihitung berdasarkan tahun kelahiran yaitu lamanya hidup. Remaja wanita hamil merupakan populasi resiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan karena para remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari wanita yang lebih tua. Sedangkan kehamilan dan persalinan pada usia aman adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkatkan kembali sesudah usia 30-35 tahun. (Wiknjosastro Hanifa, 2002)
Fakta berbicara aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1000 wanita produktif. Umur ibu merupakan salah satu factor resiko terjadinya abortus (Wheerler Linda, 2004). Frekwensi abortus yang secara klinis bertambah 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita berumur diatas 40 tahun (Cunningjam G, dkk, 2005)

2.    Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang Ibu baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2-2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi (Wiknjosastro Hanifa, 2002)
Bayi yang dilahirkan oleh Ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berkurang disbanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada bayi (Wiknjosastro Hanifa, 2002)
3.    Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah jarak atau lamanya waktu antara kelahiran anak terdahulu dengan kelahiran dengan anak berikutnya. Selain factor umur Ibu dan paritas, jarak kehamilan juga merupakan penentu tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun merupakan factor resiko tinggi (Manuaba IBG, 1998)
Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologi dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil jika ditunjang dengan social ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan risiko terjadinya abortus (Prasetyo, 1998)
Dalam penelitian ini variable yang akan diteliti terdiri dari :
1.    Variable independent yaitu umur ibu, paritas dan jarak kehamilan.
2.    Variable dependen yaitu abortus imminens.          
B.   Kerangka Konseptual


 




Oval: Abortus 
Imminens









  






Jenis
Kelamin





 



 




                                                      : Variable Independet

                                                         : Variable Dependent


                                                        : Variable yang diteliti

                                                        : Variable yang tidak diteliti




C.   Defenisi Operasional dan kriteri Objektif
1.    Abortus
Abortus adalah keadaan yang menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gr atau kurang dari 20 minggu.
Kriteria Objektif :
a.    Abortus Imminens   : Apabila terjadi peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dan hasil konsepsi masih dalam uterus serta tanpa adanya dilatasi serviks.
b.    Abortus Inkomplit     : Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian (Biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal didalam rahim, ostium terbuka teraba jaringan.
c.    Abortus Provokatus : Abortus yang disengaja baik yang memakai obat-obatan maupun alat-alat.
d.    Abortus Kompletus  : Keguguran lengkap seluruh buah kehamilann telah dilahirkan dengan lengkap.

2.    Umur Ibu
Umur adalah dihitung berdasarkan tahun kelahiran yaitu lamanya hidup sejak lahir yang tercantum dalam kartu status pasien di Rumah Sakit Aliyah.
Kriteria Objektif :
a.    Risiko rendah           : Umur 20-35 tahun
b.    Risiko tinggi              : Umur < 20 dan > 35 tahun

3.    Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun mati yang diperoleh dari kartu status pasien di Rumah Sakit Aliyah.
Kriteri Objektif :
a.    Risiko rendah           : Paritas 2-3 orang
b.    Risiko tinggi              : Paritas 1 dan > 3 orang

4.    Jarak kehamilan
Jarak kehamilan adalah jarak atau lamanya waktu antara kelahiran anak yang terdahulu dengan kelahiran anak berikutnya. Data diperoleh dari kartu status pasien di Rumah Sakit Aliyah.
Kriteria Objektif :
a.    Risiko rendah           : Jarak kehamilan ≥ 2 tahun
b.    Risiko tinggi              : Jarak kehamilan < tahun


















BAB IV
METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan menggunakan metode deskriptif yakni melihat gambaran kejadian penderita abortus imminens di Rumah Sakit Aliyah yang dikaitkan dengan variable umur, paritas dan jarak kehamilan.
B.   Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Aliyah.
a.    Keadaan Geografis
Rumah Sakit Aliyah terletak di jalan poros andonohu dengan luas area 2.381 m2 dengan batas sebagai berikut :
1.    Sebelah Utara berbatasan dengan jalan pasar.
2.    Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan btn.andonohu.
3.    Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan sdn 1 andonohu.
4.    Sebelah Barat berbatasan dengan jalan rambutan
b.    Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 15 Mei sampai dengan tanggal 15 Juni 2010.
c.    Sarana dan Ketenangan
1.    Sarana
Rumah Sakit Aliyah,telah dilengkapi dengan sarana yang terdiri dari :
a.    Poliklinik ada 4 yaitu :
1)    Poliklinik KB
2)    Poliklinik Kandungan
3)    Poliklink Kesehatan Ibu dan Anak
4)    Poliklinik Gigi
b.    Pelayanan medis yaitu :
1)    Kamar bersalin
2)    Kamar Operasi
3)    Kamar Pulih
4)    Kamar Bayi Bermasalah
c.    Pelayanan penunjang yaitu :
1)    Instalasi Laboratorium
2)    Instalasi Farmasi
3)    Instalasi Gizi
4)    Instilasi Radiologi
d.    Pelayanan rawat (inap, kesehatan Ibu dan Anak(KIA)
2.    Ketenangan
Tenaga yang ada di Rumah Sakit Siti Fatimah terdiri dari :
1.    Dokter ahli kandungan
2.    Dokter ahli anak
3.    Dokter Umum
4.    Dokter Gigi
5.    Sarjana Kesehatan Masyarakat
6.    D IV keperawatan
7.    D III Kebidanan
8.    Bidan
9.    Tenaga non medis
10. SPK
d.    Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Aliyah mencakup : pemeriksaan Ibu hamil, pemeriksaan bayi/ anak, pemeriksaan kebidanan dan kandungan, keluarga berencana, pemeriksaan gigi, pemeriksaan radiolagi, serta rawat inap.
C.   Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami abortus di Rumah Sakit Aliyah periode January sampai Desember 2010 sebanyak 379 orang.
2.    Sampel
Sampel adalah semua ibu hamil yang mengalami abortus imminens di Rumah Sakit Aliyah periode Januari sampai Desember 2010 sebanyak 51 orang.
3.    Prosedur Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan metode total sampling yakni sampel diambil secara keseluruhan dari penderita abortus imminens.
D.   Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu yang diperoleh dari buku pencatatan dan pelaporan di Rumah Sakit Aliyah periode January sampai Desember 2010.
E.   Pengelolaan dan Penyajian Data
Data yang diperoleh diperiksa kelengkapannya apabila ternyata masih data yang tidak lengkap akan dilakukan pengecekan ulang dilapanga. Selanjutnya dapat diolah secara manual menggunakan kalkulator dan sajikan dalam bentuk table distribusi frekwensi.
F.    Analisa Data

 
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan rumus distribusi frekwensi
            

Keterangan   :
P         : Presentase yang dicari
f           : Frekwensi faktor variable
N         : Jumlah sampel





BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian mengenai gambaran karakteristik kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Aliyah periode January sampai Desember 2010 dari tanggal 15 Mei sampai dengan 15 Juni 2008 didapatkan 379 kejadian abortus imminens dilihat dari table distribusi sebagai berikut :
Tabel 1 : Distribusi Kejadian Abortus Imminens di Rumah Sakit Aliyah Periode January – Desember 2010
NO
Abortus
Frekwensi
Presentase (%)
1
Abortus imminens
51
13,45
2
Abortus Inkomplit
160
42,21
3
Abortus Provokatus
51
13,45
4
Abortus komplit
117
30,87

Total
379
100
Sumber    : Data skunder Rumah Aliyah
Dari table 1 menunjukkan bahwa yang menderita abortus imminens sebanyak 51 (13,45%) kasus, abortus inkomplit sebanyak 160 (42,21%) kasus, 51 (13,45%) abortus provokatus dan 117 (30,87%) abortus inkomplit.










Tabel 2  : Distribusi Kejadian Abortus Imminens Berdasarkan Umur Ibu di Rumah Sakit  Aliyah Periode January – Desember 2010
   NO
Umur Ibu
Abortus Imminens
F
%
1
2
Resiko rendah (20-35 thn)
Resiko tinggi (<20 thn dan >35 thn)
42
9
82,35
17,65

Total
51
100
Sumber : Data skunder Rumah sakit Aliyah
Dari table 2 diatas menunjukkan bahwa dari 51 kasus abortus imminens terdapat 42 (82,35%) kasus pada umur resiko rendah (20-35 tahun) dan pada umur resiko tinggi (<20 dan >35 thn) yaitu 9 (17,65%) kasus.

Tabel 3  : Distribusi Kejadian Abortus Imminens Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Aliyah Periode January – Desember 2010
   NO
Paritas
Abortus Imminens
F
%
1
2
Resiko rendah (paritas 2-3 )
Resiko tinggi (Paritas 1 dan >3)
12
39
23,25
76,48

Total
51
100
Sumber : Data skunder Rumah sakit Aliyah
Dari tabel 3 diatas menunjukkan dari 51 kasus abortus imminens terdapat 12 (23,52%) kasus pada paritas resiko rendah (Paritas 2-3) dan pada resiko tinggi (Paritas 1 dan >3) yaitu 39 (76,48%) kasus.





Tabel 4  : Distribusi Kejadian Abortus Imminens Berdasarkan Jarak Kehamilan di Rumah Sakit Aliyah Periode January – Desember 2010
   NO
Jarak Kehamilan
Abortus Imminens
F
%
1

2
Resiko rendah (jarak kehamilan ≥ 2 tahun)
Resiko tinggi (Jarak kehamilan < 2 tahun)
24

27
47,06

52,946,48

Total
51
100
Sumber : Data skunder Rumah Sakit Aliyah
Dari tabel 4 diatas menunjukkan dari 51 kasus abortus imminens terdapat 24 (47,06%) kasus pada resiko rendah (≥ 2 tahun) dan 27 (52,94%) kasus pada resiko tinggi (< 2 tahun)

B.   Pembahasan
Setelah melakukan penelitian mengenai kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Aliyah Periode January sampai Desember 2010, berikut ini dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai variable yang diteliti :
1.    Kejadian Abortus Imminens Berdasarkan Umur Ibu
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 51 kasus abortus imminens terdapat 42 (82,35%) kasus pada umur resiko rendah (20-35 thn) dan pada umur resiko tinggi (<20 dan >30 thn) yaitu 9 (17,65%) kasus.
Data yang diperoleh kejadian abortus Imminens di Rumah Sakit Aliyah ternyata lebih banyak pada resiko rendah umur ibu antara 20-35 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Wiknjosastro bahwa kejadian abortus lebih banyak terjadi pada umur <20 thn dan >35 thn karena wanita yang hamil pada umur muda (< 2o tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal.dari segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, dan emosiona, dan dari segi medis sering mendapat gangguan, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun, elastic dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksinya mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus.
Kesenjangan teori dengan hasil penelitian dapat disebabkan karena beberapa factor salah satunya yaitu status gizi, social ekonomi yang rendah, dan pekerjaan juga adanya keterbatasan sampel dalam penelitian ini.
2.    Kejadian Abortus Imminens Berdasarkan Paritas
Dari hasil penelitian didapatkan dari 51 kasus abortus Imminens didapatkan angka tertinggi dari faktor paritas adalah 39 kasus (76,48%) pada paritas resiko tinggi (paritas 1 dan >3). Dan yang terendah adalah 12 kasus (23,52%) pada resiko rendah (paritas 2-3).
Hal ini sama antara teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro dengan data yang diperoleh. Pada teori dijelaskan bahwa kejadian abortus Imminens lebih banyak terjadi pada Ibu dengan paritas 1 dan > 3. Paritas 1 dan paritas lebih 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Sama dengan hasil penelitian didapatkan kejadian abortus Imminens di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar banyak terjadi pada paritas tersebut.
3.    Kejadian Abortus Imminens Berdasarkan Jarak Kehamilan
Dari hasil penelitian didapatkan dari 51 kasus abortus imminens dari factor jarak kehamilan presentase tertinggi terdapat pada resiko tinggi (< 2 tahun) yaitu 27 (52,94%) sedangkan presentase terendah terdapat pada resiko rendah (2 tahun) yaitu 24 (47,06%)
Hal ini terdapat persamaan antara teori yang dikemukakan  oleh Manuaba dengan data yang diperoleh. Pada teori dijelaskan bahwa jarak kehamilan <2 tahun merupakan factor resiko tinggi, dari hasil penelitian didapatkan kejadian abortus Imminens di rumah sakit Aliyah juga didapatkan lebih banyak terjadi pada jarak kehamilan <2 tahun yaitu sebanyak 27 (52,94%) kasus. Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil yang ditunjang dengan social ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan resiko terjadinya abortus. Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan Ibu dan janin yang dikandungnya. Seorang wanita memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya.





















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai Gambaran kejadian penderita abortus imminens di Rumah Sakit Aliyah periode January – Desember 2010, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Setelah melakukan penelitian mengenai gambaran tentang kejadian abortus imminens di Rumah Sakit Aliyah periode January – Desember 2010 tercatat 51 kasus (13,45%) abortus imminens.
2.    Gambaran kejadian abortus imminens berdasarkan umur ibu angka tertinggi adalah 42 kasus (82,35%) yang terdapat pada resiko rendah (20-35 tahun) dan yang terendah pada resiko tinggi (umur <20 dan >35 thn) sebanyak 8 kasus (17,65%)
3.    Gambaran kejadian abortus imminens berdasarkan paritas angka tertinggi dari faktor paritas adalah 39 kasus (76,48%) dan paritas resiko tinggi (paritas 1 dan >3) dan yang terendah adalah 12 kasus (23,52%) pada resiko rendah (paritas 2-3)
4.    Gambaran kejadian abortus imminens berdasarkan jarak presentase tertinggi terdapat pada resiko tinggi (< 2 tahun) yaitu 27 (52,94%) sedangkan presentase terendah terdapat pada resiko rendah (2 tahun) yaitu 24 (47,06%)
B.   Saran-Saran
1.    Melihat masih tingginya kejadian abortus maka perlu dilakukan penyuluhan secara intensif bagi ibu-ibu hamil berupa pemahaman tentang abortus dan resiko yang ditimbulkan.
2.    Diupayakan untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat khususnya kelompok wanita yang dikategorikan sebagai usia subur berupa pemahaman tentang abortus dan resiko yang ditimbulkan.
3.    Disarankan bagi para peneliti berikutnya untuk mengkaji lebih dalam tentang hubungan umur pekerjaan dan paritas dengan abortus ditinjau dan berbagai sebab.
4.    Disarankan bagi institusi untuk lebih melengkapi bahan bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan kasus abortus.
5.    Disarankan agar tempat pengambilan data untuk penelitian agar datanya lebih dilengkapi.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, www.depkes.go.id  diaskes tanggal 16 Juli 2008
Anonim, www.Free list.com diaskes tanggal 15 Juli 2008
Admin Dinkes, 2006, Resiko keguguran, (online), http://www.Dinkes-DIY.com. Diaskes 2 Juni 2008
Chalik, 1998, Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : Widya Medika
Cunningham G, dkk, 2005, Obstetri Williams, Volume 1, Jakarta : ECG
Cunningham G, dkk, 2005, Obstetri Williams, Volume 2, Jakarta : ECG
Depkes RI, 1999, Indonesi Sehat2010.
Fairer Helen, 1999, Perawatan Maternitas, Edisi 2, Getakan 1, Jakarta : ECG
Hamilton PM, 2000, Dasar-Dasar Perawatan Maternitas, Jakarta : ECG
Manuaba IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Cetakan I, Jakarta : ECG
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta : ECG
Prasetyo, S, 1998. Analisis Interval Kelahiran Ideal dan Sebenarnya Di Kodya Malang, Puslitbang Yankes Surabaya Berita Kedokteran
Sastrawinata Sulaiman, Obstetri Patologi, Edisi 2, Jakarta : ECG
Utiek, 2006, Kenali Tanda-Tanda Keguguran,(online)
Wiknjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wheeler Linda, 2004, Buku Saku Perawatan Prenatal dan Pasca Partum, Jakarta : ECG
Lampiran 1
JUMLAH KEJADIAN ABORTUS IMMINENS DI RUMAH SAKIT ALIYAH
 PERIODE JANUARI – DESEMBER 2010
NO
NAMA
UMUR
Pendidikan
Paritas
Jarak Kehamilan
1
Ny. S
25
SMU
1
1 tahun
2
Ny.E
23
SMP
2
9 bulan
3
Ny. N
18
SMU
-
-
4
Ny. R
24
SD
1
13 bulan
5
Ny. H
31
SMP
-
-
6
Ny. N
20
SD
-
-
7
Ny. D
32
SD
2
4 tahun
8
Ny. P
21
SMP
1
6 bulan
9
Ny. S
30
SMU
1
1 tahun
10
Ny. R
32
SMU
6
2 tahun
11
Ny. A
40
SD
3
5 tahun
12
Ny. F
30
SMP
-
-
13
Ny. T
30
SMU
3
1 tahun
14
Ny. Z
31
SD
2
3 tahun
15
Ny. R
20
SMP
-
-
16
Ny. K
30
SD
-
-
17
Ny. D
28
SMP
1
1 tahun
18
Ny. M
19
SMU
-
-
19
Ny. N
33
S1
4
3 tahun
20
Ny. L
25
SD
1
7 bulan
21
Ny. H
24
SMU
1
1 tahun
22
Ny. A
26
SMU
2
5 bulan
23
Ny. R
22
SD
-
-
24
Ny. U
30
SMU
1
6 bulan
25
Ny. W
37
SMU
11
2 tahun
26
Ny. H
20
SMP
-
-
27
Ny. R
28
SMU
3
3 tahun
28
Ny. I
28
SD
1
3 tahun
29
Ny. A
33
SMP
2
2 tahun
30
Ny. M
20
SMU
1
1 tahun
31
Ny. M
31
D3
2
14 bulan
32
Ny. R
21
SMU
-
-
33
Ny. H
22
SD
2
1 tahun
34
Ny. K
24
SMU
3
5 bulan
35
Ny. F
37
SMU
1
4 tahun
36
Ny. R
23
SD
-
-
37
Ny. M
19
SMP
-
-
38
Ny. S
21
SMU
1
2 tahun
39
Ny. J
20
SD
1
3 tahun
40
Ny. R
30
SMU
5
2 tahun
41
Ny. S
32
SD
1
2 tahun
42
Ny A
25
SMU
1
3 tahun
43
Ny. S
31
SMP
2
4 tahun
44
Ny. D
20
SD
1
2 tahun
45
Ny. H
37
SD
4
3 tahun
46
Ny. M
38
SMP
5
2 tahun
47
Ny. S
33
SD
4
4 tahun
48
Ny. F
21
SMA
1
2 tahun
49
Ny. M
25
SMU
1
5 tahun
50
Ny. N
42
SMP
4
3 tahun
51
Ny. A
25
SMA
1
4 tahun











1 komentar:

  1. The Best Casinos in Washington | MapyRO
    This map is based on 경기도 출장안마 2 reviews of 9 Casinos 당진 출장안마 in Washington, based on 2 reviews 포항 출장샵 of 13 Casinos in the area, including 문경 출장샵 reviews 남양주 출장마사지 and ratings by real people.

    BalasHapus